Sunday, October 6, 2013

Cinta (Tak) Harus Memiliki

Halo adik-adik. bertemu lagi deeh di blog ini. Untuk postingan kali ini bakal sedikit spesial nih. Karena aku bakal ngeposting hal yang beda dari biasanya. Kalo biasanya blog ini mbahas candaan gak jelas, sekarang bahasannya bakalan galau nih. Okeedeeeeh. Yaapp, tentang Ce I En Te A, ini sih menurut pandanganku dan berdasarkan apa yang telah aku alami ya. :D

Pernah gak sih kalo kalian ngerasa untuk membahagiakan orang itu tidak harus menjadi miliknya ? apa iya, mereka harus memiliki dulu baru bisa ngebahagiain dia ? apa iya, konsep cinta tak harus memiliki masih bisa dipakai di jaman sekarang ? dan yang terakhir bagi kalian ada gak sih mantan bisa jadi temen ?

Anak muda saat ini banyak sekali yang menurutku berlebihan dalam hal menyayangi pasangannya. Ada yang perhari harus menghubungi, ada yang perjam harus ngehubungi, ada yang permenit harus ngehubungi, dan sampai – sampai mungkin ada yang setiap bernafas harus ngehubungi haha mungkin gak se-lebay itu ya. Tapi disitulah letak kesalahan mereka, karena terlalu berlebihan kepada pasangannya. Karena dalam menjalin sebuah hubungan itu layaknya kita lagi lari. Kalau kita lari dengan kecepatan maksimal sejak awal, pastinya jarak yang bisa kalian tempuh tidak jauh karena kecapekan. Beda lagi kalau kalian lari dengan kecepatan yang standart tapi kalian stabil, pasti hasilnya kalian finish di jarak yang lebih jauh. Kalau dianalogikan seperti itu ya, kita gak bisa memaksakan baik pasangan kita maupun kita sendiri untuk ngotot untuk menjalin hubungan ini. Bagiku, memberikan space atau ruang untuk pasangan kita buat bergerak juga penting. Biarlah pasangan kita mau bergaul dengan siapa mau melakukan kegiatan positif apapun, yang terpenting hati mereka tetep milik kalian. Karena untuk menjalin hubungan yang harus diperhatikan Cuma saling menjaga hati pasangannya masing – masing.

Anak muda saat ini juga parah banget kalau udah ada hubungannya sama putus cinta. Putus cinta aja berantemnya kayak mau cerai terus rebutan harta gono-gini. Cara putus yang seperti itu tuh yang pertanda banget keduanya masih egois dan gak bisa ngertiin pasangannya. Karena jujur aja yaa, putus dengan cara yang indah itu juga enak kok. Karena kita meskipun sudah tidak memiliki status, tapi kita masih bisa berteman, saling bercanda dan sebagainya. Jadi kayak cinta kita ke dia belum putus, cuman status kita aja yang berubah. Kata siapa hal seperti itu tidak mungkin ? ya, aku pernah dua kali gagal dalam urusan cinta, dan alhamdulillahnya dua-duanya putus dengan cara yang indah. Aku ceritain satu satu yaa.

Yang pertama ini pas aku masih smp, sama junior nih ceritanya aku. Ya aku kurang tau juga pas bulan ke berapa hal ini terjadi. Saat itu dengan tiba-tiba dia seperti pengakuan dosa ke aku. Jadi dia mengakui kesalahannya, namun kesalahannya itu sudah tidak dilakukannya lagi “saat itu”. Saat itu aku nggak tau harus ngapain, jujur aja remuk ini hati. Namun akhirnya aku turunkan egoku karena aku tahu dia tulus bicara kayak gitu, dan dengan dia bercerita seperti itu dia juga sudah menunjukkan kemauan untuk berubah, akhirnya kita baikan lagi udah aku lupain juga kejadian itu. Nggak lama setelah itu, dianya malah ngelakuin kesalahan itu lagi dengan cara yang sama persis, akhirnya aku berfikir, mungkin aku gak bisa jadi bagian hidupnya yang bikin dia bahagia.  Oke kita putus dan aku marah besar saat itu. Saat itu sebenernya aku nggak marah yaa, aku cuma ngasih pelajaran ke dia, kalau apa yang dia lakukan itu salah. Itu aja. Aku pengen dia jadi wanita yang lebih baik setelah lepas dari aku. Wanita yang bisa berfikir dua kali sebelum bertindak, tidak bertindak berdasarkan apa yang dia rasakan saat itu. Itu aja seeh

Terus yang kedua ini saat aku sma, namun hubungan ini bisa berlanjut sampai aku menduduki bangku kuliah. Kalau yang kedua ini satu angkatan sama aku ceritanya. Ya saat kita masih duduk di bangku sma semua masih dalam batas wajar – wajar aja. Namun semua berubah ketika kita masuk di bangku kuliah. Aku langsung digenjot dengan praktikum yang bujubuset ditambah pengkaderan juga. Dimulai dari sana aku gabisa memecah otakku antara mana waktu buat dia dan mana buatku mengurus kegiatanku. Masalah lama belum kelar, aku langsung dihantam dengan tambahan beban. Karena pas 3 bulan aku jadi mahasiswa, aku diberi amanah di dalam angkatanku itu. Tentu saja disanalah aku berfikir lagi, kasian dia juga kalau harus nunggu waktu luangku yang entah kapan datangnya. Aku saat itu juga kasian sama dia karena gak akan bisa bahagia dengan menghadapi kenyataan aku gak bisa sepanjang hari sama dia. Akhirnya kita memutuskan untuk menyudahi hubungan kita ini yang mungkin emang udah gak bisa dipertahanin lagi. Buat apa kita terus – terusan mempertahankan sebuah hubungan kalau gak bisa bikin kita bahagia. Karena aku fikir, aku tetep bisa kok njaga dia tanpa harus jadi kekasihnya, ya itu yang aku lakukan sekarang. Sebisa mungkin aku selalu ada di belakangnya untuk memberi dia support ketika dia lagi terjatuh. Dan mendoakan dia bertemu dengan seseorang yang lebih baik dariku.

Emang kalau kita bener-bener sayang kepada seseorang, tidak penting apakah kita memiliki dia atau tidak. Yang terpenting adalah seberapa besar peduli kalian terhadapnya. Seberapa besar rasa kalian untuk melihat dia bahagia. Mungkin dia akan menemukan apa itu bahagia ketika bersama orang lain, ya itu harapan kalian sebenarnya, dia tidak harus dengan kalian.

Postingan ku kali ini mungkin bisa ditutup dengan sebuah kutipan film dari taiwan yaa.

“Ternyata, ketika kamu sangat – sangat menyukai seorang wanita. Ketika ada seseorang yang mengasihinya, mencintainya, maka kamu akan benar – benar dari hati yang paling dalam mendoakan dia bahagia selamanya”
-You Are The Apple Of My Eye-





2 comments:

  1. ini wildan gerigi bukan sih, suka blogging juga? wah wah
    haha postingannya setuju juga sih, tp ga usah khawatir, semuanya uda ad yg ngatur, kalo jodoh ga bakal kemana wkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kita kenalnya di interval hehe
      Naaah gausah khawatir laah :D

      Delete