Haloo adik adik bertemu
lagi dengan saya paman ria.. haha. Maaf yaa untuk part ke-2 ini rilisnya
lama, kebetulan lagi banyak job soalnya, contoh nambal ban. Oke, lanjut aja yaa
ke cerita kita. Cekibrooot
Ya setelah kita udah sampai di
loket gerbang bromo kita memutuskan untuk buang hajat dulu di toilet, niatnya
di semak semak aja sebenarnya. Dan ternyata air disana bukan main dinginnya.
Setelah dengan langkah mantap kita naik ke motor perang kita masing-masing.
Kita lanjutkan perjalanan kita yang super ini. Sekali lagi kita melewati jalan
yang kanan-kiri hutan. Huft. Di perjalanan pemandangannya bener bener takjub
aku, karena bener bener... gelap --“. Kita meliuk meliuk disana karena
jalanannya memang kayak ular bung. Gak lama setelah itu kita udah sampai di
hamparan pasir yang luas sebenarnya, berhubung itu lagi malem jadi yaa gak
keliatan apa-apa kita, such a bad timing --“. Di lautan pasir itu kita
kebingungan harus lewat jalan yang mana karena kita semua emang pada pertama
kali kesana. Setelah itu dateng juga malaikat penyelamat berupa dua pemuda yang
naik sepeda motor yang biasa dibuat motocross dan akan ke penanjakan 2 juga.
Yeeeey. Namun, dalam seketika kebahagiaan kita sirna karena mas-masnya juga
nggak tau jalannya juga ternyata *halah maas, podo ae ternyata*. Malah lebih parahnya mas-masnya malah minta
kita duluan nunjukin jalannya *kampret kon mas, gak isin karo sepedae*. Setelah
kita ber-offroad ria di lautan pasir, secara mistis mas-mas tadi yang di
belakang kita menghilang, ini seriusan, mas-masnya beneran hilang nggak tahu
kemana. Kita mah acuh aja sama urusan kayak gitu. Aku sama indra waktu itu
berada di posisi paling belakang sendiri karena waktu itu aku sendiri yang
nyetir lagi ngantuk hehe. Singkat cerita kita udah ditunjukkan oleh tuhan jalan
yang benar. Tapi justru disini ujiannya dimulai. Kita dihadapkan pada jalan
yang menanjak kira-kira 60®, menganga daah kita. Dengan mengucap bismillah kita
berangkat, di jalan yang menanjak itu kita dengan secara alami terpecah menjadi
2 kloter, kloter pertama adalah sepeda mukti, octa, rikho, sama danang, ya itu
adalah rombongan yang berangkat duluan. Sementara sepeda si kerbul sama
sepedaku berada di belakang. Kerbul sama hakam nungguin kita di belakang, sweet
banget yaa mereka. Setelah masih sepertiga jalan kita berangkat, motorku sama
indra mendadak mati, dan karena melihat motorku sama indra mati, kerbul dan
hakam secara mendadak menghentikan motornya *sweet banget dah mereka*. Setelah
itu kita sadar kalo tindakan kerbul dan hakam itu adalah salah, kenapa ? bukan,
bukan karena nolong aku sama indra. Tapi karena setelah itu motor mereka tidak
bisa hidup kembali *jeng jeng jeng*. Disinilah pertualangan kita dimulai.
Kita sudah mencoba beberapa kali untuk menghidupkan kembali motor si kerbul dengan memberi nafas buatan di lubang knalpotnya. Tapi ya tetep gabisa hidup.... kita berempat udah suram dah kita mutusin buat nyari tanah lapang buat beristirahat dan menghubungi temen-temen kita yang diatas. Oke, seketika bala bantuan dateng, danang, akbar dan rikho datang. Tapi ya tetep gabisa menghidupkan si motor –“. Akhirnya kita mutusin buat tiduran disana. Mirip banget dah sama gelandangan. Ketika kita tiduran disana, siapa yang paling depresi ? yok tebak yok ? udah pasti si kerbul si empu dari motor byson. Dia berkali – kali mengatakan kalimat – kalimat depresi seperti “Sepurane rek aku mbambet” atau “Tinggalen aku ae rek gapopo, aku tak nak kene ae”. Karena kita memiliki rasa solidaritas yang tinggi maka kita memutuskan buat pergi dan meninggalkan kerbul. Eh eh salah ding, kita memutuskan buat tidur2 disana sambil cerita-cerita gak penting. Setelah jam menunjukkan pukul 4 lebih kita memutuskan buat sholat terlebih dahulu agar kita selalu dilindungi oleh Allah SWT. Gimana caranya kita sholat ? kita bertayamum, keren kan kita ? padahal waktu di kos dengan air yang melimpah kita jarang sholat, tapi malah di bromo yang gak ada air, kita malah sholat wkwk. Kita bertayamum diajari oleh ustad kita, ustad Hakam Abdul Adzim. Setelah sholat kita foto – foto gila, ada yang sampai topless di suhu yang sangat dingin. Alay banget dah kita waktu itu. Setelah kita puas dengan foto – foto yang telah kita buat, kita menyusun rencana. Begini rencana kita, hakam yang notabene berbadan gemuk berangkat dengan motor Rikho, aku yang notabene berbadan *ehem* atletis berangkat dengan danang dengan motor byson laknat milik kerbul. Sedangkan kerbul sendiri berangkat bersama indra menggunakan motor indra. Yang memiliki masalah cuma motor si kebul dan si Indra. Motor si indra harus susah payah mengangkat kerbul yang notabene memiliki badan yang agak kayak monster. Wajarlah... kerbul dulu pemenang bayi sehat Indonesia tahun berapa gitu. Dan motor byson yang aku dan danang naiki bisa jalan dengan awalan aku harus mendorongnya, dan itu gak deket... sekali lagi enggak dekeet. Udah nggak deket dan menanjak. Sekali lagi ME NAN JAK. *fiiiuuuh* emang gini ini resiko memiliki badan yang atletis *lempar poni*. Oke dengan peluh yang menetes begitu deras, kita sampai, bukan, bukan di puncaknya, tapi di warung deket puncak karena kita udah hopeless buat ngejar tuh puncak, udah ketemu warung buat istirahat aja udah lebih dari cukup buat kita. Di warung itu kita beristirahat dengan minum teh, dan bercerita tentang pengalamannya di Bromo masing – masing. Ternyata di rombongan yang pertama juga gak kalah seru pertualangannya. Ternyata mereka setelah mengirim bala bantuan, memutuskan untuk jalan kaki untuk menuju ke puncak. Jadi Arbi, Octa dan Ibnu memutuskan buat jalan kaki. Ketika mereka sudah lama berjalan, lewatlah hardtop yang berhenti di samping mereka dan menawari mereka menumpang di hardtop itu. Bukan.... bukan di dalamnya tapi diluarnya. Diluar ? iya diluar, jadi mereka pada bergelantungan di hardtop itu di jalan yang menanjak. Arbi dan Octa bergelantung di belakang hardtop, sedangkan si Ibnu bergelantungan di pintu dekat supir. Buseeet daaah mereka, fearless bangeet, jadi gak malu nih punya temen kayak mereka haha :D. setelah puas beristirahat sambil foto – foto disana, kita memutuskan balik ke surabaya dan meninggalkan kenangan perjalanan bromo yang sangat ekstrim ini. Semoga ketika kita kembali ke Bromo lagi tidak akan ada pertualangan seperti ini lagi, saya harap. Byeeeeeee ^^
No comments:
Post a Comment